Dibagian tengah laut, hari demi
hari berlalu. Ketika perjalanan seorang wanita dimulai untuk beralih membuka
tumpukan kertas baru itu. Mencari-cari keindahan baru yang menjanjikan
kedamaian untuk dapat dipeluk. Beralih dengan lagu baru yang mengiringinya. Mencari
lagu yang penuh kenangan untuk ditinggalkan dalam cerita dalam kertas putih
ini. Membuka pintu yang tertutup untuk jiwa yang hadir.
Pernah berfikir, kemampuan untuk
meninggalkan kenangan itu sangatlah tidak berdaya. Mengibaratkan, ketika sedang
berada dilaut lepas tiba-tiba terdengar suara indah yang dulunya damai
kembali memanggil dengan janjian
ketenangan yang luarbiasa damainya. Keinginan seorang wanita yang bercerita untuk
terus berada dalam dekat suara itu. Hadir untuk menjadi bagian dalam jiwa indah
itu lagi.
Menunggu, seperti dikatakan aku akan disini untuk menunggunya. Ntah kepada
jiwa yang mana batinnya berkata. Hanya ingin berkata bahwa jiwanya sedang
menunggu. Menanti jiwa baru yang tidak datang untuk menjadi sapaan dalam
jiwanya. Sosok putih berkelabu itu belum terlihat. Apakah suara yang terdengar
melalui batin nya, berupaya untuk mengingatkan diri dan pikiran dalam cerita
lama? Mengembalikan keindahan bersama yang dulu pernah terjalin membentuk
bintang impian.
Ketika wanita ini tidak mengerti
akan jiwa dan perasaanya, iya hanya mengatakan “bawakanlah aku sebuah mawar, agar aku bisa menghargai bentuk dari
kenangan kecil itu untuk ku simpan dalam kotak kecil ini” sebuah bunga yang
akan layu merupakan sebuah daftar kenangan yang telah terjadi dalam hidupnya.
Betapa berharganya sebuah cerita
yang telah terjadi dalam hidup manusia yang menjadi kenangan.
“aku
ingin menuju pada suara yang ku dengar, agar jiwa itu tahu bahwa batinku mendengar
suaranya memanggilku untuk hadir dalam ceritanya” wanita itu berkata pada
laut lepas yang tenang, kicauan burung saja tidak terdengar, hanya ombak yang
bergerak sedikit dengan perlahan sekali. Begitu tenang keadaan yang menemani jiwa
wanita itu.
“jangalah
aku hanya menjadi cerita dongeng dalam benakmu. Jadikanlah aku jiwa yang ada
tidak hanya sekedar batin yang mendegarkanmu”. Wanita itu terus berkata.
Itu merupakan ungkapan derita batin
yang menginginkan seseorang untuk hadir kembali menemani jiwanya. Batin yang
terluka tidak akan mengenal terangnya dunia. Tidak akan tau banyaknya karunia
tuhan. Hanya bisa berfikir bahwa jiwa yang hilang itulah karunia baginya, yang
terang untuk gelapnya, yang indah dari tuhan. Jiwa itu telah pergi bersama
cerita lama yang hanya meninggalkan kenangan, kengan baik dan buruk.
Lembaran cerita pendengar dan Rizki Nurhikmah
Lembaran cerita pendengar dan Rizki Nurhikmah
No comments:
Post a Comment