Matanya berbinar
untuk ketenangan ku. Senyumnya memberikan kehangatan untuk jiwa sendiri ku. Tawanya
memberi tawa dalam hati ku. Perlahan semua itu tak kudenganr layaknya hari
selalu menyapa dengan pagi indah awalnya. Dia telah pergi untuk selamanya dan
hanya waktu yang bisa membawanya kembali. Itu pun jika tuhan mengizinkan
perjalanan untuk bisa menginjak dengan jejaknya. Sudah… untuk apa aku
mengiyakan hati untuk luka jika kepergiannya tanpa memberikan salam indah
kepergian untuk diri ku.
Lihat..
lelaki muda itu mengucapkan hal sedih yang biasanya tidak pernah terdengar
sedalam itu. Perlahan dia kembali mendekati hempasan ombak dekat batu karang. Seperti
ingin mencari ketenangan dalam teriakan suara alam yang ingin membangunkannya. Lelaki
itu seperti kehilangan harapan. Tak umpamanya dia yang sendiri semakin merasa
sendiri. Lalu dia duduk di karang besar itu. Menunjuk bulan sambil tersenyum
lalu berkata “Apa
yang sebenarnya ada dalam hidupku? Bisakah dia kembali untuk memberikan hal
indah itu untuk ku? Berikan aku kekuatan jika dia tidak kembali. Biarkan dia
berlayar dan tenggelam dalam hidup sempurnanya”
Pemandangan itu
seperti sang puisi yang hanya bisa berteriak dalam puisinya dan tidak ingin
didengar oleh siapa pun. Lalu dia pun berbalik, kemudian berhenti di pasir
basah dekat pantai. Seperti menginjak hamparan cerita yang dulunya pernah
terjadi. Namun tidak
bisa digapai untuknya saat ini. Matanya terpejam sambil berdiri dengan angkuh
pikirannya untuk mengalahkan hatinya.
“Ini
semua pernah ku rasa. Hah! Dulunya indah sekali. Hingga aku melupakan surutnya
air saat itu. Ya… aku memang merindukan hal itu. Tapi, semua itu adalah cerita
yang bisa ku dongengkan nanti untuk mereka yang ingin mendengarkan”
Lelaki itu berkata sambil tersenyum
dengan air mata yang begitu saja turun dan mengalir lembut di pipinya. Senyumnya
menggambarkan sosok yang kuat dan ingin melupakan luka itu. Dia terus berjalan,
hingga akhirnya dia berhenti di sebuat bukit. Disana begitu tenang. Dia berbaring
di hamparan rumput hijau yang lembut.
“Biarkanlah
dia bersama bintangnya menuju sempurna. Maka kuatkanlah aku disini untuk selalu
bisa hidup mencari yang tidak sempurna itu. Hingga akhirnya nanti, aku akan
menjadi yang sempurna dengannya yang ntah dimana sekarang. Haaaah.. udara ini
begitu mendukung ku, untuk segera kembali pada kebahagiaan ku. Ini lah akhir
dari tangisan ku. Aku ingin menjadi yang bahagia untuk kebahagiaan ku disana. Karena
aku ingin mendapat yang sejati selamanya…”
#Terima kasih untuk yang telah menginspirasi saya menuliskan cerita ini. Tulisan ini merupakan sebuah cerita dalam hidup yang saya ungkapkan lewat tulisan ini. Terima kasih untuk yang menginspirasi:)
#Terima kasih untuk yang telah menginspirasi saya menuliskan cerita ini. Tulisan ini merupakan sebuah cerita dalam hidup yang saya ungkapkan lewat tulisan ini. Terima kasih untuk yang menginspirasi:)
#Lembaran Cerita Rizki Nurhikmah