Sunday, April 14, 2013

Yang Sejati



Matanya berbinar untuk ketenangan ku. Senyumnya memberikan kehangatan untuk jiwa sendiri ku. Tawanya memberi tawa dalam hati ku. Perlahan semua itu tak kudenganr layaknya hari selalu menyapa dengan pagi indah awalnya. Dia telah pergi untuk selamanya dan hanya waktu yang bisa membawanya kembali. Itu pun jika tuhan mengizinkan perjalanan untuk bisa menginjak dengan jejaknya. Sudah… untuk apa aku mengiyakan hati untuk luka jika kepergiannya tanpa memberikan salam indah kepergian untuk diri ku.  

            Lihat.. lelaki muda itu mengucapkan hal sedih yang biasanya tidak pernah terdengar sedalam itu. Perlahan dia kembali mendekati hempasan ombak dekat batu karang. Seperti ingin mencari ketenangan dalam teriakan suara alam yang ingin membangunkannya. Lelaki itu seperti kehilangan harapan. Tak umpamanya dia yang sendiri semakin merasa sendiri. Lalu dia duduk di karang besar itu. Menunjuk bulan sambil tersenyum lalu berkata “Apa yang sebenarnya ada dalam hidupku? Bisakah dia kembali untuk memberikan hal indah itu untuk ku? Berikan aku kekuatan jika dia tidak kembali. Biarkan dia berlayar dan tenggelam dalam hidup sempurnanya”

            Pemandangan itu seperti sang puisi yang hanya bisa berteriak dalam puisinya dan tidak ingin didengar oleh siapa pun. Lalu dia pun berbalik, kemudian berhenti di pasir basah dekat pantai. Seperti menginjak hamparan cerita yang dulunya pernah terjadi. Namun tidak bisa digapai untuknya saat ini. Matanya terpejam sambil berdiri dengan angkuh pikirannya untuk mengalahkan hatinya.

         “Ini semua pernah ku rasa. Hah! Dulunya indah sekali. Hingga aku melupakan surutnya air saat itu. Ya… aku memang merindukan hal itu. Tapi, semua itu adalah cerita yang bisa ku dongengkan nanti untuk mereka yang ingin mendengarkan”

          Lelaki itu berkata sambil tersenyum dengan air mata yang begitu saja turun dan mengalir lembut di pipinya. Senyumnya menggambarkan sosok yang kuat dan ingin melupakan luka itu. Dia terus berjalan, hingga akhirnya dia berhenti di sebuat bukit. Disana begitu tenang. Dia berbaring di hamparan rumput hijau yang lembut.

         “Biarkanlah dia bersama bintangnya menuju sempurna. Maka kuatkanlah aku disini untuk selalu bisa hidup mencari yang tidak sempurna itu. Hingga akhirnya nanti, aku akan menjadi yang sempurna dengannya yang ntah dimana sekarang. Haaaah.. udara ini begitu mendukung ku, untuk segera kembali pada kebahagiaan ku. Ini lah akhir dari tangisan ku. Aku ingin menjadi yang bahagia untuk kebahagiaan ku disana. Karena aku ingin mendapat yang sejati selamanya…”



#Terima kasih untuk yang telah menginspirasi saya menuliskan cerita ini. Tulisan ini merupakan sebuah cerita dalam hidup yang saya ungkapkan lewat tulisan ini. Terima kasih untuk yang menginspirasi:)

#Lembaran Cerita Rizki Nurhikmah