Thursday, March 28, 2013

Bintang Kecil


Pagi menjadi cerahnya dunia. Namun saat itu aku tak mendengar seperti apa dentingan jam biasanya berputar. Coba berbalik pada dunia fatamorgana yang memberikan kebebasan hati untuk memilih. Ya saat itu aku merasakan bebas melihat, bebas mendengar,bebas merasakan, bebas memilih, dan bebas memiliki. Lalu seperti apakah pelangi yang dihadapkan pada mata hitam putih ku saat ini, apakah hanya simbol ilusi belaka atau hanyalah omongan yang membicarakan unsur yang membentuknya? Ya namun perjalanan kelam ini menuntunku untuk tidak menoleh, pada bintang jauh yang tidak pernah bersinar tepat diatas atap pelindungku lagi. Namun awan biru yang dulunya menjadi nyanyian “bintang kecil di langit yang biru” itu tetaplah menjadi kenyataanya. Setelah melihat nyatanya dunia, dan kembali melihat bintang itu, kini nyanyian itu berubah menjadi “bintang kecil di langit yang hitam”.

            Ya… bintang itu dikelilingi langit hitam, kemudian perlahan tidak dapat kugapai oleh penglihatanku kemana jejaknya menghilang. Lalu seperti apakah malam dalam mimpiku? Ya, dan ternyata sudah tenggelam dalam dukanya. Karang yang biasanya membantu, kini mulai terkikis oleh erosi air yang menghantam. Karam. Bangun, untuk melihat kedunia. Dan ternyata diawali dengan kelabu.

            Kronologis sejarah cerita yang berjalan layaknya mimpi sang raja yang menjadi budak. Dahulunya menjadi raja, kini jatuh menjadi pemikul batu tepi sungai. Semakin takut untuk menoleh kebelakang. Tak ingin melihat penyebab yang meneggelamkanku. Perlahan berubah untuk maju, namun masih terfikir yang indah masa lalu. Ingin, tersirat, tersurat hati kembali dalam dentingan jam yang masih memberikan sorak tertawa hati. Namun tidak mungkin untuk menggenggam kembali pesona dunia dahulu.

            Waktu memberikan ku jalan luas untuk terus kedepan dan membiarkan jam yang lalu tenggelam dalam kenangannya yang tertulis abadi dalam jiwa. Ya… biarkanlah perjalanan ini membawaku dalam pelukan hangatnya. Harapan waktu yang lalu menemukan wajah wayang yang tepat untuk bermain bersamanya, dan aku terus menapaki jalan luas ini untuk hidupku yang masih memberikan cahaya bintang itu padaku walaupun dalam kelabunya selalu terhalang untuk mengabadikan ku. 

No comments:

Post a Comment