“suatu pagi dalam rumahku” kata sosok
perempuan yang sedang menuliskan sepenggal kehidupan kedalam buku hariannya.
“ibu…
ibu… aku haus” begitulah perkataan yang sering ku dengar setiap hari. Betapa bahagianya
aku mendengar suara indah itu yang dulunya hanya berada dalam pikiranku saja. Aku
adalah wanita yang benar-benar sudah merasa lengkap dengan mutiara-mutiara ku
ini. Dua jiwa yang terlahir untuk menemaniku saat dia disana sedang
berkeringat. Aku begitu merindukan mutiara ku ini ketika aku sedang tidak
berada di tempat ku melepaskan kelelahanku. Suara-suara itu selalu ku dengar
setiap hari. Tawa, tangis, jeritnya, semua ku dengar dari mutiara-mutiara ku.
Terkadang
aku merasa, aku tidak mampu menjalani ini semua. Namun aku sadar, bahwa inilah
jalanku sebagai seorang wanita. Namun mengapa saat aku merasa lelah dan tidak
mampu untuk tegak, terkadang tidak ada yang mampu menolongku? Mereka hanya
melihatku dan memarahiku. Tanpa ada rasa ingin untuk menyenangkan hati
mutiara-mutiara ku ini.
Seperti
inikah takdirku sebenarnya? Atau hanya wanita seperti ku yang merasakannya? Tuhan…
kuatkanlah aku dalam segala hal yang Kau ujikan kepada ku. Aku ingin mereka
tahu bahwa aku lelah. Aku ingin yang dulunya selalu memujiku kini kembali
menyayangiku layaknya waktu terulang. Inilah aku makhluk-Mu yang membutuhkan
kelembutan itu.
Seperti itulah sekilas gambaran
seorang wanita. Ya seorang ibu. Tidak kah terkadang mereka terlihat tua dari
umurnya? Bahkan terlihat seperti orang yang tidak disebut tuan rumah?
“saya mengerti. Seperti apapun situasinya,
wanita ingin diperlakukan secara lembut” begitu kata salah seorang teman saya.
Perlakuan lembut tidaklah hanya
diberikan kepada wanita/perempuan/cewek atau sebutan lainnya. Kita ini makhluk sosial
yang saling membutuhkan. Perlakuan sopan dan lembut itu memang dibutuhkan oleh
setiap insan. Berusahalah untuk
menghargai apa yang menghargaimu, jangan biarkan hal itu menjauh dan
meninggalkanmu.
Lembaran cerita orang sekitar
No comments:
Post a Comment